Dengan sosial media banyak sekali orang yang merasa merekalah yang paling benar. Mereka menjadi hakim atas perbedaan pendapat yang diyakini orang lain. Simak saja kasus Mama Ghufron yang mengatakan bisa berkomunikasi dengan semut.
Para pemegang (?) kebenaran dengan serta merta menyesatkan Mama Gufron. Caci maki juga terlontar dari para pemegang kunci sorga. Mereka anggap ajaran merekalah yang paling benar.
Dalam pandangan saya, Mama Gufron hanyalah mengungkapkan pendapat dan pengalaman sepiritualnya. Dalam pidatonya dia tidak mengajarkan hal-hal yang menyimpang. Dia hanya mengatakan apa yang ada dalam hayalnya. Ini beda dengan ajaran syiah atau Ahmadiyah.
Namun, kelompok yang merasa memegang kunci kebenaran memfonis sesat dan menyesatkan bahkan selevel majelis ngulama di RI ikut-ikutan.
Hal ini tentu sangat berbahaya bagi sebuah perkembangan pemikiran. Kalau memang apa yang disampaikan Mama gufron tidak benar sampaikanlah kebenaran yang mencounter tapi tidak memfonis. Dan para pendengar akan menilai.
Hari hari ini sosmed dipenuhi polisi penjaga moral yang sesuai dengan selera mereka. Ada orang gak berhijab dikomentarin macam-macam lah.
Agama adalah sebuah keyakinan dan pengalaman serta pengetahuan. Jika setandar yang dimiliki satu kelompok dipaksakan kepada kelompok lain maka itu sudah diluar jalur dari tujuan dari beragama. Agama mengajarkan kesantunan dan kesolehan. Perbedaan pandangan adalah hal yang biasa. Menjadi tenang dan damai dalam jiwa adalah tujuan menghamba kepada Tuhan. Jika menghamba kepada Tuhan tetapi hatinya selalu panas melihat orang lain yang beda pendapat.. lantas apakah penghambaan mereka sudah benar? Menurut saya itu adalah penghambaan yang salah dan harus dihindari. Salam waras ...!
https://x.com/CttnDmkrs/status/1813100474801005060Waras jiwane waras ragane!