Halo semua apa kabar semoga sehat selalu menyertai kita, amin. Hari ini sudah dua hari anak-anak masuk sekolah, selain saya berjualan susu murni disekolahan. Sekolah menjadi tempat bercandanya saya dengan anak-anak kecil yang sepantaran anak saya. Sedikit menghibur perasaanku yang sedang rindu ingin cium dan peluk dia yang masih manja ke ayahnya.
Namanya anak pasti tidak jauh dari beli jajan, main dan belajar tapi untuk urusan belajar okeylah tak perlu saya bahas lagi tentu sekolahan jalurnya. Sedangkan jajan dan main kita tidak bisa asal kasih duit dan asal bocah senang saja. Anda bisa bayangkan efeknya dan kerepotannya? Amit-amit jabang bayi semoga jauh-jauh dan ga terjadi pada keluarga kita, amin.
Kebiasaan bermainnya anak kadang sampai lupa waktu dan tentu bikin jengkel ortunya selanjutnya pasti emaknya ngomel-ngomel kasih nasehat yang banyak. Saking begitu banyaknya nasehat dan ritmenya yang sering anak jadi kebal dan bebal ga peduli nasehat emaknya lagi.
Dan jajannya bocah yang sering aku lihat asal enak dan lagi viral aku harus mencicipinya ga peduli apa kandungannya.
Cerita ini nyata terjadi pada keluarga saya, gara-gara ngeyelnya anak yang dikasih nasehat jangan beli jajan yang banyak mengandung micin, tapi anak saya malah beli jajanan itu bukan tanpa alasan saya melarang makanan-makanan tersebut.
Beberapa bulan yang lalu anak saya kena penyakit tipes, di pengobatan pertama dokter melarang untuk makan yang mengandung micin dan menyuruh supaya memperbanyak serat. Sebagai orang tua saya dan istri sering hanya melanjutkan wejangan dokternya.
Setiap saya kasih nasehat pasti jawabannya "iya pak dah tahuuuu"
Aku mengira anak saya akan menuruti kata saya seratus persen, tapi tanpa sepengetahuan saya dan istri diam-diam sehabis sekolah anak saya malah beli jajan yang aku larang dan memakannya di depanku. Aku tidak tahu apa bocil saya marah apa karena makanannya yang terlalu menggoda? Aku was-was takut sesuatu terjadi, benar setelah malam datang panas tubuhnya tinggi yang menandakan penyakit tipesnya kambuh lagi.
"Yah namanya aja bocah dibilangin apa ujung-ujungnya cuma nangis tetep aja orang tua yang repot-repot juga dan sebader-badernya anak kalau anak sudah sakit, orang tua tetep ngusahain biar anaknya cepat sembuh"
Sama juga dengan saya, waktu itu hanya sabar dan ikhtiar demi kesembuhan anak, aku tak mau kejadian itu terulang lagi sampai tiga kalinya.
Di pasca setelah kesembuhan anakku yang kedua kali, saya lebih takut dan waspada, waspada dengan kandungan obat kimia pada makanan dan aku takut kecolongan lagi.
Kali ini istri saya lebih keras mengontrolnya, dulu kebiasaan anak yang hanya suka makan yang kering dan jika tidak dituruti nangis sekarang istri lebih tega dan lebih memaksakan sayur dan buah untuk di memakannya.
Memang perubahan kerasnya istri aku yang ngajarin.
"kamu harus keras jangan sampai kamu kalah sama anak, namanya bocah tahunya enak kalau dah masuk rumah sakit siapa yang direpotin, makanya mikir"
"Lakimu nyari duitnya susah, percuma kalau ujung-ujung nya habis dirumah sakit"
Beruntung istri saya mau nuruti kemauan saya dan sampai sekarang belum terdengar lagi berita panas tubuh anak saya yang tinggi.
Aku hanya bisa berdoa semoga kesehatan anak saya bisa bertahan sehat sampai tua, amin.
Terimakasih banyak atas waktunya semoga anda tidak bosan dengan cerita masa lalu saya, yang isinya cerita-cerita kurang jelas.