Salam semuanya, semoga baik-baik saja
Saya yakin kita semua di sini pernah makan Indomie, ataupun mie instant lainnya ntah itu mie kuah ataupun mie goreng. Sudah di budaya kita apapun mie instant yang kita makan itu cenderung disebut Indomie, meskipun merknya mungkin Gaga, Sarimi Duo, Sedaaap, atau lainnya. Kecuali Lemonilo dan mie-mie gaul baru lainnya.
Di kesempatan ini saya tidak akan nge promosiin merk merk di atas itu ya, tapi lebih mempromosikan sebuah menu klasik yang dulu ntah kapan sempat anyar di masyarakat kita. Tapi karena dulu tidak ada sosmed seperti sekarang, jadinya ga ada istilah viral deh. Makanan itu ada Indomie Borju.
Indomie borju itu sebenarnya indomie biasa, tapi dibuat menjadi borju. Bagi yang ga paham, borju itu berasal dari kata Borjuis, yaitu kata yang mengidentifikasikan golongan masyarakat kelas menengah ke atas, kalangan elit yang berduit.
Nah maksud dari penamaan Indomie Borju ini adalah kita makan Indomie yang menjadi mahal. Kenapa konsep ini diperkenalkan dan sempat laku? Mungkin ya, saya ga tahu kepastian kebenarannya karena dulu itu belum ada internet seperti sekarang, penyebabnya itu karena orang sudah bosan dengan menu Indomie yang ada.
Jaman dahulu, Indomie diasosiasikan ke makanan kaum pas-pasan. Dulu menjamur warung kopi dan warung indomie dan roti bakar, yang kadang ikutan jualan burjo (bubur kacang ijo). Menu Indomie itu cuma 3 macam, Indomie (polosan), Indomie telur (Intel) dan Indomie Telur Kornet (Internet).
Klo dah kepepet banget tapi lapar, orang akan makan indomie polos. Saya yang mahasiswa, dan juga karyawan-karyawan kelas menengah ke bawah, biasanya makan Indomie Telur. Biasanya ada yang sultan, duitnya banyak atau terlihat banyak, dia akan memesan Internet, karena harganya bisa ngedobel sendiri. Dulu disebutnya kalau ga sultan ya borju.
Namun namanya manusia selalu berinovasi dan beruji coba akan hal-hal baru. Lama-lama orang ingin mencari subtitute dari Internet ini, atau Indomie yang dijual di harga mahal. Mulailah dibuat beberapa variasi mulai dari ayam goreng, sosis, kornet campuran keju atau jamur, dana lainnya.
Setahu saya itulah asal muasal mulai sempat nge trend perihal Indomie Borju ini. Jaman dahulu hal ini ga wajar loh, dan masyarakat cenderung susah menerima hal baru, tidak seperti sekarang. Saya masih ingat dulu saya pernah beli pecel ayam ga pakai nasi, terus pesan nasi goreng. Akhirnya itu ayam saya makan sama nasi goreng, mumpung yang jual sebelah-sebelahan. Dan ada mba mba yang nyelutuk "gila makanan hotel kok dimakan di sini"
Saya tidak tahu seberapa lama hal ini sempat nge trend, tapi setahu saya meskipun menjadi terkenal, omset pembelian dari menu-menu Indomie Borju ini kurang begitu fantastis. Saya tetap melihat favorite orang-orang itu ada di Indomie Telur. Tapi lagi ya, mungkin saya salah.
Akhir perjalanan Indomie Borju ini ada di sekitaran 2014an, di saat ada yang namanya Warung Upnormal. Waktu hal ini menjadi trend dan banyak yang tertawa atau komplain melihat orang-orang membeli Indomie sebegitu mahalnya dan digadang-gadang nilai jualnya hanya buat nge flex di Facebook dan Instagram, di saat itulah menurut saya Indomie Borju dah meninggoy... Orang dah menganggap Indomie dibuat jadi mahal dengan tambahan-tambahan toping mahal, itu dah biasa.
Di akhir tahun kemarin, saya mencoba bernostalgia dengan konsep Indomie Borju ini. Saya membuat indomie goreng, sebenarnya mie sedap seh, dan menambahkan 2 menu tambahan yang tidak murah. Pertama adalah daging bacon, dan bacon yang saya makan ini bukan sapi punya ya, jadi tidak halal. Meskipun makanan olahan, tetap saja bacon itu tidak murah.
Kedua adalah jamur Shitake. Jamur shitake sekarang sudah mudah didapatkan di mana mana dan harganya sudah tidak lagi elit seperti dahulu kala. Namun tetap saja jamur ini ndak murah bro. Kalau dilihat kemasan yang ada di supermarket seh kelihatannya murah, cuma dua puluh ribu rupiah, tapi itu isinya sedikit. Alhasil Shitake ini jatuhnya jauh lebih mahal dari kornet atau daging cincang.
Nah menurut kamu, makanan saya ini dah bisa disebut Indomie Borju belum? menurut saya secara harga sudah, tapi belum beneran borju. Dulu saya pernah ada mantan yang makannya Indomie sama beefsteak, meskipun steak nya daging meltique, tapi tetap saja jauh lebih mahal jatuhnya daripada Indomie saya ini.
Balik lagi ke konsep dasar makanan ya, dalam membuat Indomie Borju ini yang terpenting bukan seberapa mahalnya. Yang penting menjadi lebih enak dan bisa membuat kita happy
Terima kasih telah membaca tulisan saya yang apa adanya ini. Saya lebih banyak meluangkan waktu saya bermain gim di Hive Blockhain, dan berbagi cerita tentang gim dan permainan tersebut melalui tulisan-tulisan saya di sini. Jangan sungkan bertanya langsung ke saya bilamana ada yang mau ditanyakan dan mohon maaf kalau tulisan saya di sini ada yang menyinggung perasaan anda.
Tidak lupa saya berterima kasih kepada:
- Canva : yang telah memberikan peralatan penyunting gambar secara gratis
- Thepeakstudio : yang telah membuat gambar divider / pembatas yang keren di sini,
Posted Using INLEO